Sebuah catatan panjang bagi kelompok musik Idea berkiprah di dunia musik perkusi di kota Bandung yang jadi markasnya, Idea Percusion selalu bermain dan memainkan genre musik ini sejak tahun 1991 yang menjadi titik awal berdirinya mereka. Pada tahun tersebut Idea didaulat untuk ikut mendukung dalam pembuatan musik bagi pembukaan sebuah acara Festival akbar di Indonesia "Festival Istiqlal"diselenggarakan di ibukota negara Jakarta. Untuk acara tersebut mereka mencoba memulai dengan bentuk komposisi musik yang sedikit beridiom musik-musik Islami, ini terlihat dari instrumen yang digunakan juga beberapa motif-motif pukulan dari instrumen musik yang dimainkan seperti rebana,bedug,kentongan,dogdog,ditambah motif-motif vocal yang berkembang di masyarakat, komposisi “Marhaban Parahiyangan “lahir sebagai karya pertama dan debut Idea di dunia pertunjukan.. Dari obrolan santai di lingkungan kampus mereka ASTI pada waktu itu(STSI Bandung sekarang) mereka mulai membicarakan ide-ide kreatif sederhana tentang musik perkusi untuk dijadikan pijakan bagi Idea sebagai musik yang dianut untuk dimainkan. Mungkin terbesit dipikiran mereka pada saat itu,…….. “ musik ini bisa eksis engak ? “siapa yang akan mengapresiasinya? atau hanyalah tontonan main-main biasa tak bermakna.” ini menjadi sebuah pertanyaan bagi mereka sendiri karena publik kota Bandung hanya mengenal Harry Roesli dengan DKSBnya yang sering mempertunjukan komposisi-komposisi mereka dengan media instrument perkusi. Beranjak dari pemikiran tersebut dalam perkembangannya untuk memunculkan ide-ide karya di dunia musik perkusi,kelompok musik ini terus bereksplorasi membuat komposi-komposi musik dengan menggunakan instrumen perkusi yang tidak hanya memakai instrument-instrumen -musik Islami tradisional, media batu kali, daun buah salak,plat baja,
dan segala sesuatu yang ada disekitar mereka termasuk beberapa bakiak (sejenis sandal kayu) dieksplorasi dijadikan sebagai instrument musik untuk dimainkan. Dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan inilah akhirnya mereka sepakat untuk lebih mengedepankan pemakaian instrument drum tradisional yang berbahan kayu dan kulit. Seperti Bedug,Terebang,kendang,dogdog dan alat-alat sejenis sebagai instrument wajib bagi pertunjukan mereka,ini sebagai pertimbangan bahwa-instrumen-instrumen tersebut mempunyai karakter bunyi keras.
Tidak salah pilihan ini, karena kekerasan bunyi dari beberapa instrument yang digunakan untuk mengeksplorasi motif-motif pukulan, komposisi musik mereka jadi lebih bervariasi bahkan dengan tidak terduga salah seorang musikus kota Bandung mendiang Kang Harry Roesli mengajak mereka bergabung untuk mendukung pertunjukannya “Opera Tusuk Gigi”
Masih teringat ketika Alm Harry Roesli menantang anak-anak Idea untuk melakukan eksperimen, “….. Urang nyaho di Sunda bahkan di Indonesia rea pisan alat musik nu di golongkeun kana rumpun perkusi, bisa teu ente… nyieun komposisi tina perkusi nu aya di jawa barat salain rampak kendang?”( “ …….Saya tahu, di sunda bahkan di Indonesia banyak sekali alat musik perkusi, bisa tidak kamu membuat komposisi perkusi dari perkusi yang ada di Jawa Barat tapi bukan rampak kendang?), waktu itu di jawab oleh Ade Rudiana sebagai motor Idea Percussion dengan tegas, “bisa!!!!!, ( padahal sebetulnya waktu itu dia (ade) masih bingung untuk mempertanggungjawabkan jawabannya ).
Dengan kerja keras dan kekompakan dari anak-anak Idea, akhirnya sebuah komposisi tercipta dari tantangan Kang Harry Roesli tersebut “ Barala Duit Barala Runtah” yang dipentaskan sebagai opening pertunjukan Opera Tusuk Gigi sebuah karya monumental yang melibatkan berbagai seniman-seniman musik, tari, teater, film, seni rupa di kota Bandung.
Barala Duit Barala Runtah” merupakan karya komposisi perkusi yang dalam penyajiannya menggunakan perkusi tradisional (Indonesia) namun dengan konsep komposisi musik kekinian,….apalagi mereka dibantu drumer Gigi waktu itu( Budhy Haryono) sehingga bentuk komposisinyapun jadi lebih hidup dan atraktif karena banyak improvisasi antara Drums set dan instrument perkusi yang digunakan mereka. Komposisi inilah hasil karya Idea yang paling banyak dipertunjukan di beberapa panggung pertunjukan sebagai jembatan untuk lebih mengenalkan jatidiri Idea Percussion kepada audien dan penikmat musik di Bandung.
Dari beberapa pengalaman berkolaborasi dengan beberapa musikus seperti Harry Roesli, Dwiki Dharmawan ,Erwin Gutawa, Purwacaraka,Gilang Ramadhan, beberapa program musik di televisi tertarik dan meminta mereka untuk mengkomposisikan musiknya dengan beberapa aliran Band seperti DKSB, Krakatau, Gigi, ,Slank, dll,dan ini mereka lakukan untuk terus mengibarkan bendera musik perkusi sebagai pembuktian bagi Idea untuk selalu bisa berkolaborasi dengan musik apapun bahkan masuk di lagu-lagu berbagai aliran Band baik Jazz,Rock,Pop,Dandut,dll. Ini terus mereka lakukan sampai sekarang. Mungkin entah sampai kapan karya mereka dapat dinikmati tapi sembilan belas tahun telah dilalui sebagai sebuah perjalanan bagi mereka dengan berganti konsep musik,berganti komposisi, bahkan berganti personil, tapi Idea masih tetap kelompok Idea Percussion yang akan selalu mengusung musik perkusinya hingga kini dan seterusnya……perkusi! …..perkusi dan perkusi kata mereka…... go Idea……..! go musik perkusi…...go Barisan Perkusi Bandung….. Bandung akan selalu jadi gudangnya aliran musik. Teraskeun lah Mang!
